Ini Cara Orang Sukses Mengatur Keuangan Pribadi

Manusia pada dasarnya sama. Semua sama-sama memiliki darah, tulang, dan kulit. Tapi, mengapa ada yang bisa menjadi orang sukses. Sedangkan ada pula orang-orang yang selalu merasakan kesulitan sepanjang hidupnya.

Sejatinya yang membedakan adalah kemampuan mengelola beragam hal dalam hidupnya, termasuk mengatur keuangan pribadi. Orang-orang sukses selalu bisa melakukannya dengan baik. Akibatnya mereka bisa menata kehidupan sesuai dengan yang mereka idamkan.

Untuk mengatur keuangan pribadi sebenarnya tidak rumit. Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan pegangan kala mengatur keuangan pribadi. Prinsip-prinsip tersebut kerap disebut sebagai Golden Rules karena bisa diterapkan oleh siapa saja dan kapan pun waktunya.

Semua itu juga bukan pepesan kosong semata. Orang-orang sukses seperti Jack Ma, Warren Buffett, Carlos Slim telah membuktikannya sendiri. Dengan mempraktikkan cara mengatur keuangan pribadi secara disiplin dan konsisten, mereka bisa melesat menjadi orang-orang yang berhasil dalam hidupnya.

Ingin tahu bagaimana cara mereka mengatur keuangan pribadi? Simak ulasan berikut ini.

Gunakan Uang di Bawah Pendapatan

Only buy something that you’d be perfectly happy to hold if the market shut down for 10 years. Warren Buffett

Faktor krusial dalam mengatur keuangan pribadi adalah kemampuan untuk menahan diri agar bisa menggunakan uang di bawah jumlah yang dimiliki.

Ini tidaklah mudah karena keinginan dan kebutuhan merupakan hal yang bertolak belakang. Keinginan tidak pernah ada habisnya, sedangkan kebutuhan memang wajib dipenuhi.

Seringkali kegagalan orang dalam mengatur keuangan pribadi dikarenakan lebih mengedepankan keinginan dibanding kebutuhan. Akibatnya, uang yang dipergunakan bisa jadi lebih besar dari yang dimiliki. Investor kenamaan asal Amerika Serikat, Warren Buffett, telah mempraktikkannya.

Pria terkaya ketiga di dunia pada 2015 menurut Forbes ini bahkan memiliki kebiasaan menekan pengeluaran yang ketat. Ia mengatakan, “Jangan menabung sebesar uang yang tersisa setelah dipakai. Gunakanlah uang yang tersedia sesudah menabung.”

Untuk melakukannya, Buffett selalu menjaga gaya hidupnya tetap membumi. Meski seorang miliuner, Buffett tetap hidup bersahaja. Salah satu contohnya ia memilih terus tinggal di rumah sederhana yang dibelinya pada 1958.

Dengan pergerakan harga properti hingga kini, rumahnya itu bernilai 31.500 dollar Amerika Serikat (sekitar Rp412,3 juta). Padahal, dengan nilai kekayaan yang ditaksir Forbes mencapai 66,4 miliar dollar AS, Buffett seharusnya mudah saja untuk membeli rumah baru.

Menurut Buffett, siapa saja bisa mengatur keuangan pribadi seperti dirinya. Menabung disebutnya sebagai sebuah kebiasaan yang mesti dimiliki. “Saya kira kesalahan terbesar pada kebanyakan orang adalah tidak belajar menabung dengan baik sejak dini, karena hal itu sebuah kebiasaan,” kata Buffett.

Jadi, tunggu apa lagi? Segera tekan pengeluaran sekecil mungkin. Habiskan uang sesuai yang tersisa setelah menabung, demi hidup yang lebih baik.

Selalu Merencanakan Masa Depan

“Never give up. Today is hard, tomorrow will be worse, but the day after tomorrow will be sunshine.” – Jack Ma

Prinsip utama berikutnya dalam mengatur keuangan pribadi terkait dengan kemampuan untuk berpikir panjang ke depan. Seseorang dituntut agar bisa membuat rencana untuk masa depan. Hal tersebut diperlukan agar pola pikir tidak hanya terbatas pada saat ini.

Pola pikir pendek seperti itu sangat berbahaya. Pasalnya, tidak ada seorang pun yang bisa menebak masa depan dengan baik. Maka itu, perencanaan dan persiapan yang baik adalah usaha yang layak dan perlu dilakukan.

Miliuner asal Tiongkok, Jack Ma, membuktikannya sendiri. Berkat kemampuannya merencanakan masa depan, Ma bisa menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Lihat saja, Forbes mencatat Ma memiliki kekayaaan mencapai 27,9 miliar dollar Amerika Serikat per September 2016. Kesuksesan Ma tidak lepas dari kejeliannya dalam merencanakan masa depan. Ma melihat sebuah peluang besar dari internet yang pertama kali didengarnya pada 1994.

Ihwalnya terjadi pada 1995 ketika ia diperkenalkan dengan internet oleh temannya. Ma mengetik pencarian dengan kata kunci “beer”. Ternyata, ia tidak menemukan satu pun yang berasal dari Tiongkok. Ma kemudian melakukan penelusuran lebih lanjut tentang Tiongkok. Namun, tidak ada satu pun informasi yang ditemukannya.

Hal inilah yang mengusiknya. Ia akhirnya membuat situs seadanya yang memuat apa pun tentang Tiongkok. Dalam beberapa jam sesudahnya, dia mendapat beragam pertanyaan tentang Tiongkok.

Kejadian itu membuatnya semakin yakin dengan prospek dari internet. Dia lalu sempat bekerja sebagai pembuat situs berbagai perusahaan di Tiongkok. Namun, pada 1998, Ma akhirnya memutuskan kembali ke Tiongkok dan mendirikan sebuah perusahaan online marketplace.

Kini, kesuksesan diraihnya. Perusahaan tersebut berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia. “Kami meraih sukses saat ini bukan karena yang kami lakukan pada hari ini. Kami sudah memimpikannya sejak 15 tahun lalu,” kata Ma.

Dengan berpikir jauh ke depan, Ma bisa merencanakan hidupnya. Alih-alih memakai uangnya untuk keperluan hari ini semata, ia malah memanfaatkannya untuk keperluannya pada masa depan. Tidak mengherankan kini keberhasilan hidup berhasil dinikmatinya.

Upayakan Uang Bertumbuh

Profitability is coming from productivity, efficiency, management, austerity, and the way to manage the business.” Carlos Slim

Cara orang sukses mengatur keuangan pribadi lain yang dapat ditiru ialah selalu berusaha membuat uangnya bertambah banyak. Salah satu langkah yang dapat dilakukan ialah dengan berinvestasi.

Kisah hidup salah satu orang terkaya di dunia saat ini, Carlos Slim, bisa menjadi contoh. Slim sudah berinvestasi sejak dirinya masih kecil. Bayangkan saja, pada umur sebelas tahun, pria asal Meksiko ini telah menanamkan uang di sebuah obigasi pemerintah negaranya. Lalu, setahun berselang, Slim membeli saham pertamanya.

Bahkan, pada umur 15 tahun, dia sudah menjadi shareholder di sebuah bank di Meksiko.

Slim berprinsip, tidak ada yang terlalu cepat dalam memulai sesuatu. Jika bisa, mengapa tidak dilakukan sekarang, begitu pemikirannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *